- D1CFC69F8254E8A04BABE3A7D6A06ABF makalah | tm-rahasia jQuery(document).ready(function(){ jQuery("[href$='css_bundle.css']").remove(); });

makalah

Posted By anam on 14 December 2012 | December 14, 2012

Makalah
Pembawaan dan Lingkungan dalam Hubungan dengan Belajar


 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap individu yang lahir ke dunia ini pasti dengan satu pembawaan tertentu. Ini berarti bahwa karakteristik setiap individu berbeda dan diperoleh dari pewarisan/pemindahan cairan "germinal" dari pihak orangtuanya. Di samping itu, individu tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Setiap pertumbuhan dan perkembangan yang kompleks merupakan hasil interaksi dari hereditas dan lingkungan. Agar kita dapat mengerti dan mengontrol perkembangan individu baik dari tingkah lakunya, kita hendaknya mengetahui peranan masing-masing (pembawaan dan lingkungan). Dan inilah yang melatar belakangi kami dalam penulisan makalah ini. Agar kita calon-calon guru dapat mengidentifikasi bagaimana sifat, tingkah laku, intelegensi anak didik kita nanti. Dan kita dapat memahami faktor penyebab anak didik kita itu bertingkah laku yang berbeda. Dapat kita lihat dari faktor pembawaan dan lingkungannya.

BAB II

RUMUSAN MASALAH

  1. Apa pengertian teori Pembawaan ?
  2. Apa pengertian teori Lingkungan ?
  3. Apa saja teori-teori yang mengenai Pembawaan dan Linkungan ?
  4. Bagaimana dengan Teori Hukum Konvergensi ?

BAB III

PEMBAHASAN


I. Pengertian pembawaan

Pembawaan adalah pewarisan atau pemindahan biologis, karakteristik individu dari pihak orang tua. Menurut Witherington, Pembawaan adalah suatu proses penurunan sifat-sifat atau benih dari generasi ke generasi lain, melalui plasma benih, bukan dalam bentuk tingkah laku melainkan struktur tubuh. Setiap sel dalam tubuh memiliki herditas identik sebagai akibat dari adanya proses individu dan differensiasi. Hereditas juga merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan indvidu. Setiap individu memulai kehidupannya sebagai organisme yang bersel tunggal yang bentuknya sangat kecil, garis tengahnya lebih kurang 1/200 inci (1/80 cm). Sel ini merupakan perpaduan antara sel telur dengan sel sperma. Di dalam rahim, sel benih yang telah dibuahi teris bertambah besar dengan jalan pembelahan sel menjadi organisme yang bersel dua, empat, delapan, dst. Hingga setekah kurang lebih 9 bulan menjadi organisme yang sempurna. Dapat diketahui bahwa perkembangan hasil-hasil kebudayaan yang di peroleh dalam suatu generasi tidak dapat di turunkan ke generasi berikutnya secara biologis karena antara sel-sel benih dengan sel-sel somatis nampaknya ada semacam statesqo. Sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada sel – sel somatis tidak mempengaruhi keadaan sel-sel benih.

Menurut Witherington, proses faktor keturunan ini bekerja melalui prinsip-prinsip sabagai berikut :

  1. Prinsip stabilitas 

    Pada prinsip stabilitas, hereditas , itu berproses dengan perantara sel-sel benih, dan tidak melalui sel-sel somatic atau sel-sel badan. Artinya bahwa ciri-ciri yang dipelajari natau diperoleh oleh orang tua , tidak akan ditentukan kapada anak.


     

  2. Prinsip konformitas 
    Pada prinsip ini menyatakan bahwa jenis menghasilkan jenis atau setiap golongan menurunkan golongannya. Sendiri. Anak termasuk kedalam golongan yang serupa dari golongan orang tuanya.
  3. Prinsip variasi 
    Pada prinsip ini menyatakan bahwa sel-sel benih mengandung determinan- determinan yang banyak jumlahnya , pada waktu penyerbukan ovum saling berkomunikasi dalam cara yang berbeda –beda untuk menghasilkan anak yang saling berbeda . jadi prinsip variasi ini berlaku dalam batas-batas yang ditentukan oleh pola-pola rasial umum.
  4. Prinsip regresi filial 
    Pada prinsip ini menyatakan bahwa pada setiap sifat atau ciri manusia anak memperlihatkan kecenderungan menuju keadaan rata-rata. Artinya , bahwa anak orang tua yang sangat cerdas biasanya condong untuk menjadi anak yang kurang cerdas dari pada orang yang tuanya, dan sebaliknya

Agar lebih jelas lagi pengertian kita tentang keturunan dan bagaimana hubungannya atau adakah perbedaannya antara turunan dengan pembawaan, inilah uraiannya, dapat kita katakan bahwa yng dimaksud dengan pembawaan ialah semua kesanggupan-kesanggupan yang dapat diwujudkan. Pembawaan atau bakat terkandung dalam sel-benih (kiem-cel), yaitu keseluruhan kemungkinan-kemungkinan yang ditentukan oleh keturunan, inilah yang dalam arti terbatas kita namakan pembawaan (aanleg).

Struktur Pembawaan

Disamping kita memahami bahwa pembawaan yang bermacam-macam yang ada pada anak itu tidak dapat kita amati, jadi belum dapat dilihat sebelum pembawaan itu menyatakan diri dalam perwujudannya (dari potential ability menjadi actual ability), kita hendaklah selalu ingat bahwa sifat-sifat dalam pembawaan (potensi-potensi) itu seperti : potensi untuk belajar ilmu pasti, berkata-kata, intelijensi yang baik dan lain-lain merupakan struktur pembawaan anak-anak. Di muka telah dikatakan bahwa pembawaan ialah seluruh kemungkinan yang terkandung dalam sel-benih yang akan berkembang mencapai perwujudannya. Pembawaan (yang dibawa anak sejak lahir) adalah potensi-potensi yang aktif dan pasif, yang akan terus berkembang hingga mencapai perwujudannya.

Pembawaan dan Bakat

Sebenarnya kedua istilah itu – pembawaan dan bakat adalah dua istilah yang sama maksudnya. Umumnya dalam psikologi kita dapti kedua istilah itu sejajar, sama-sama dipakai untuk satu pengertian, yaitu pembawaan (aanleg). Untuk menggantikan kata aanleg kedua istilah tersebut di atas dapat digunakan sama-sama dengan maksud sama pula.

Beberapa Macam Pembawaan dan Pengaruh Keturunan

Perlu pula kiranya kita singgung sedikit beberapa macam pembawaan berikut :

  1. Pembawaan jenis

    Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelijensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk lain.

  2. Pembawaan Ras

    Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras.

  3. Pembawaan Jenis Kelamin

    Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin masing-masing.

  4. Pembawaan Perseorangan

    Kecuali pembawaan-pembawaan terebut diatas, tiap orang sendiri-sendiri (individu) memiliki pembawaan yang bersifat individual (pembawaan perseorangan)yang tipikal, banyak ditentukan oleh keturunan ialah pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan kelamin.

II. Lingkungan

Pengertian lingkungan menurut psikologi ialah segala sesuatu yang ada di dalam atau di luar individu yang bersifat mempengaruhi sikap, tingkah laku atau perkembangannya.Lingkungan itu wujudnya dapat berupa benda – benda atau objek-objek alam, orang-orang dan karyanya serta berupa fakta-fakta objektif yang terdapat dalam diri individu, seperti kondisi organ, perubahan –perubahan organ dan lain-lain. 

  • Secara Fisiologis

    Lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmani di dalam tubuh, seperti gizi, vitamin, ar, system saraf, dan kesehatan jasmani. 

  • Secara Kultural

    Lingkungan meliputi segenap stimulasi, interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan perlakuan atau karya orang lain. 

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
Ada garis besar yang merupakan faktor terpengaruhnya pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak.

  1. Faktor Intern, faktor yang muncul dari dalam diri anak / dari keturunan.yaitu faktor yang ada dalam diri anak itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Meliputi, antara lain: bentuk tubuh, raut muka, sifat-sifat, bakat, intelegensi dan penyakit
  2. Faktor Ekstern, faktor yang muncul dari luar diri anak / dari pengalaman dan interaksinya dengan lingkungan.yaitu hal-hal yang datang atau ada di luar diri anak yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi anak tersebut dengan lingkungan. Meliputi: Lingkungan (dapat berupa pendidikan dan pengalaman yang diberikan).
  3. Keduanya memiliki keterkaitan yang kuat, setiap hereditas beroperasi dengan cara berbeda-beda sesuai dengan kondisi lingkungan. Pembawaan tidak akan berarti apa-apa tanpa didukung dengan lingkungan yang kondusif terhadap bawaaan itu sendiri.


     

Dan ada juga kedua faktor tadi di dalam hal ini ada tiga teori :

  1. Teori Rativisme, berpendapat bahwa sejak lahir anak telah memiliki sifat-sifat / dasar-dasar tertentu.
  2. Teori Empirisme, berpendapat bahwa sejak lahir anak tidak memiliki sifat-sifat / dasar-dasar tertntu semata-mata ditentukan faktor dari luar. 
  3. Teori Konvergensi, berpendapat bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak itu ditentukan sebagai akibat interaksi.


Macam-macam lingkungan dan bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungannya.

Macam-macam lingkungan

Lingkungan (environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life process kita kecuali gen-gen.

Menurut Sartain lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut :

  1. Lingkungan alam atau luar (eksternal or physical environment), ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini, selain manusia. 
  2. Lingkungan dalam (internal environment), ialah segala sesuatu yang telah masuk ke dalam diri kita, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik kita, misalnya makanan yang telah diserap pembuluh-pembuluh darah dalam tubuh. 
  3. Lingkungan sosial, ialah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Mengenai jenis lingkungan yang ketiga, Ralph Linton (1962: 10), seorang anthropolog Amerika, mengistilahkannya sebagai lingkungan manusiawi. Menurutnya, lingkungan manusiawi itu mencakup masyarakatdan cara hidup yang khas dari masyarakat, yaitu kebudayaan. Baik Sartain maupun Linton sepakat bahwa lingkungan sosial atau lingkungan manusiawi adalah yang paling besar berpengaruh dalam perkembangan pribadi seseorang. 

Di dalam keluarga anak akan mendapat pengawasan dan pembinaan dari orang tuanya, di sekolah ia dibina di bawah pengawasan guru, sedang di masyarakat kemungkinan akan tergelincir dalam pergaulan yang menyesatkan/merugikan dirinya. Maka kewaspadaan harus lebih ditingkatkan, demi kKeluarga sebagai salah satu dari tri pusat pendidikan bertugas membentuk kebiasaan-kebiasaan (habit formation) yang positif sebagai pondasi yang kuat dalam pendidikan informal.

Dengan pembiasaan tersebut anak-anak akan menyesuaikan diri bersama keteladanan orang tuanya. Orang tua yang tidak otoriter, akan dapat menoleransi kemauan anak-anaknya, dengan demikian akan terjadi sosialisasi yang positif dalam rumah/keluargaesejahteraan masyarakat. Setelah masuk sekolah anak harus dapat menyesuaikan diri dengan kondisi serta aturan-aturan yang berlaku di sekolah. Untuk itulah secara berangsur-angsur sosialisasi di sekolah harus dilakukan oleh anak, di samping guru juga harus menyesuaikan diri dengan tuntutan/kondisi sekolah.

Bagaimana Individu Berhubungan Dengan Lingkungan?

Kepribadian adalah organisasi dinamis daripada sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik (khas).

Dari rumusan /definisi tersebut jelas bahwa kepribadian manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan individu saja, tanpa sekaligus meletakkan hubungannya dengan lingkungannya.

Menurut woodworth, cara-cara individu itu berhubungan dengan lingkungannya dapat dibedakan menjadi 4 macam :

  1. Individu bertentangan dengan lingkungannya,
  2. Individu menggunakan lingkungannya,
  3. Individu berpartisipasi dengan lingkungannya, dan
  4. Individu menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Individu itu senantiasa berusaha untuk " menyesuaikan diri " (dalam arti luas) dengan lingkungannya. Dalam arti yang luas menyesuaikan diri itu berarti :

  1. Mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan (penyesuaian autoplastis)
  2. Mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan) diri penyesuaian diri alloplastis.

III Teori-teori mengenai Pembawaan dan Lingkungan 

  1. Empirisme 
    Empirisme adalah suatu aliran atau paham yang menganggap bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia timbul dari pengalaman (empiri) yang masuk melalui indera, Menurut penganut aliran ini, pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari terdiri dari stimulan-stimulan dari alam bebas dan yang diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Jadi, yang menentukan perkembangan anak (manusia) adalah semata-mata faktor-faktor eksternal (lingkungan). 

    John Locke (1632-1714 M), salah seorang tokoh aliran emprisme, terkenal dengan Teori Tabularasanya. Menurut teori ini, anak yang baru dilahirkan dapat diumpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi (a sheet of white paper avoid of all characters). Artinya bahwa anak sejak lahir tidak mempunyai pembawaan apa-apa (netral), tidak punya kecenderungan untuk menjadi baik atau menjadi buruk. Dengan demikian anak dapat dibentuk sekehendak pendidiknya. Dengan kata lain, hanya pendidikan (atau lingkungan) yang berperan atas pembentukan anak. 
    Pengaruh aliran ini tampak juga pada salah satu mazhab psikologi yang disebut sebagai behaviorisme (aliran tingkah laku). Para tokoh aliran ini, seperti Thorndike, I. Pavlov, J.B. Watson, dan F. Skinner berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang pasif dan dapat dimanipulasi, umpama melalui modifikasi tingkah laku. Mereka memandang manusia sebagaimakhluk reaktif (tidak aktif). Manusia hanyalah objek, benda hidup yang hanya dapat memberi respons kepada perangsang yang berasal dari lingkungannya. Jadi dalam hubungannya dengan lingkungan, seseorang hanya dapat bersifat autoplastis, tidak dapat bersifat alloplastis. 

    Dengan demikian empirisme berpandangan bahwa pendidik memegang peranan yang sangat menentukan dalam proses pendidikan. Pendidiklah yang menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak didik dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. Kemudian dari pengalaman-pengalaman akan dapat terbentuk susunan kebiasaan yang membentuk pribadi seseorang. 

  2. Nativisme 
    Sebagai reaksi terhadap empirisme, muncul nativisme. Istilah nativisme berasal dari kata nativus (latin) yang berarti karena kelahiran. 

    Aliran nativisme berpendapat bahwa tiap-tiap anak dilahirkan dengan membawa sejumlah potensi (pembawaan) yang akan berkembang sendiri menurut arahnya masing-masing. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya, sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Tokoh nativisme, Schopenhauer (1788-1860) berpendapat bahwa bayi lahir beserta pembawaannya, baik atau buruk. Seorang anak yang mempunyai pembawaan baik, maka dia akan menjadi baik. Sebaliknya, kalau anak mempunyai pembawaan buruk, maka dia akan tumbuh menjadi anak yang jahat. Pembawaan-pembawaan itu tidak akan dapat diubah oleh kekuatan luar (lingkungan

    Dengan demikian dapat dipahami bahwa aliran ini berpandangan bahwa keberhasilan pendidikan ditentukan oleh hal-hal yang bersifat internalpada anak didik sendiri. Dengan kata lain, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Pendidikan yang tidak sesuai dengan pembawaan atau bakat anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak tersebut. Oleh karena itu, pendidikan sebenarnya tidak diperlukan, dan inilah yang disebut sebagai pesimisme pedagogis. 

  3. Naturalisme 
    Pandangan yang mirip dengan pandangan nativisme dikemukakan oleh para penganut paham naturalisme. Sesuai dengan akar kata naturalisme, yakni nature 'alam' atau 'apa yang dibawa sejak lahir', aliran ini berpandangan bahwa seorang anak telah mempunyai pembawaan sejak lahir

    Meskipun kedua aliran sepakat dalam hal adanya pembawaan pada manusia, namun J.J. Rousseau (1712—1778) (tokoh utama naturalisme), berbeda pendapat dengan Schopenhauer (nativisme) tentang pembawaan tersebut. Schopenhauer berpendapat bahwa bayi lahir dengan dua kemungkinan pembawaan, yakni baik atau buruk, sedangkan Rosseau menyatakan bahwa semua anak yang baru dilahirkan hanya mempunyai pembawaan baik. 

    Kalau dalam hal keberadaan pembawaan manusia pandangan antara naturalisme dengan nativisme ada kesamaan, maka dalam hal besarnya peranan lingkungan dalam mempengaruhi perkembangan anak, justru pandangan naturalisme memiliki unsur kesamaan dengan empirisme. Hal ini dapat dilihat dalam pernyataan J.J. Rousseau bahwa "semua anak adalah baik pada waktu baru datang dari Sang Pencipta, tetapi semua menjadi rusak di tangan manusia". 

    Jadi, walaupun manusia lahir dengan potensi pembawaan baik, tetapi bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangat ditentukan oleh pendidikan yang diterimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengaruh itubaik, akan menjadi baiklah ia, tetapi bilamana pengaruh itu jelek akan jelek pula hasilnya. 

    Dengan berasumsi pada teori di atas, maka dalam hal pendidikan Rosseau berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu. Karena pendapat inilah maka naturalisme juga disebut sebagai negativisme. Mereka berpandangan bahwa pendidik wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam, inilah yang disebut sebagai "pendidikan alam". Dengan pendidikan alam, anak dibiarkan berkembang menurut alam (nature)-nya, manusia atau masyarakat jangan mencampurinya agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh manusia. 

    Dengan demikian dapat dipahami bahwa naturalisme, sebagaimana nativisme, tidak menganggap perlu diadakannya pendidikan (oleh manusia) bagi manusia. Bahkan dengan anggapan bahwa pendidikan dapat merusak pembawaan baik anak, naturalisme justru dapat dianggap menentang pelaksanaan pendidikan yang dilakukan oleh manusia. 


 

IV Teori Hukum Konvergensi

Nyatalah kedua pendirian yang baru ditemukan itu kedua-duanya ekstrim, tdak dapat dipertahankan. Karena itu adalah sudah sewajarnya kalau diusahakan adanya pendirian yang dapat mengatasi keberatsebelahan itu. Paham dianggap dapat mengatasi keberatsebelahan itu ialah paham Konvergensi, yang biasanya dianggap dirumusan secara baik untuk pertama kalinya oleh W. Stern.

Paham Konvergensi in berpendapat, bahwa di dalam perembangan individu itu baik dasar atau pembawaan maupun lingkungan memankan peranan penting. Bakat sebagai kemungkinan telah ada pada masing-masing individu; Akan tetapi bakat yang sudah tersedia itu perlu menemukan lingkungan yang sesuai supaya dapat berkembang. Misalnya : Tiap anak manusia yang normal mempunyai bakat untuk berdiri tegak di atas kedua kaki; Akan tetapi bakat ini tidak akan menjadi actual(menjadi kenyataan) jika sekiranya anak manusia itu tidak hidup dalam lingkungan masyarakat manusia. Anak yang semenjak kecilnya diasuh oleh serigala tak akan dapat berdiri tegak di atas dua kakinya ; munkin dia kan berjalan di atas tangan dan kakinya( jadi seperti serigala). Di samping bakat sebagai kemungkinan yang harus di jawab dengan lingkungan yang sesuai, perlu pula dipertimbangkan soal kematangan( readiness). Bakat yang sudah ada sebagai kemungkinan kalau mendapat pengaruh lingkungan yang serasi, belum tentu dapat berkembang, kecuali kalau bakat itu memang sudah matang. Misalnya saja anak yang normal umur enam bulan, walaupun hidup di tengah-tengah manusia-manusia lain, tak akan dapat berjalan karena belum matang. Dewasa ini sebagian besar dari para ahli mengikuti konsepsi ini, dengan variasi yang bermacam-macam, ada yang pratiknya menganggap bahwa yang lebih dominan itu dasar, yaitu ahli-ahli psikologi konstitusional; adapula yang menganggap yang lebih dominant itu lingkungan. Kelompok yang kedu pada dewasa ini lebih banyak pengikut-pengikutnya terutama di Inggris dan Amerika Serikat. Salah satu tokoh yang cukup populer yang mengikuti pendirian yang semacam dikemukakan paling akhir itu ialah Alfred Adler. Adler dengan pengikut-pengikutnya misalnya telah mengadakan studi yang mendalam mengenai sifat-sifat has anak dalam hubungan dengan kedudukanya dalam struktur keluarga: seperti misalnya anak sulung, anak bungsu, anak tunggal, anak yang semua saudaranya berlainan jenis dengan dia sendiri, dan sebagainya; mereka itu menunjukkan sifat-sifat yang khas bukan karena keturunan tetapi justru karena kedudukan mereka dalam struktur keluarga yang khas, yang menyebabkan adanya sikap yang khas dari orang-orang tua mereka serta anggota-anggota keluarga yang lain yang lebih dewasa. Juga mereka beranggapan bahwa kemiripan –kemiripan yang ada antara anak-anak dengan orang tua mereka tidaklah berakar pada dasar atau keturunan. Melainkan berakar pada lingkungan, yaitu peniruan; dalam perkembangannya anak meniru orang-orang yang lebih dewasa, dank arena pergaulannya terutama dengan orang tuanya, maka yang dijadikan obyek atau model peniruan adalah terutama orang tuanya.
Suatu pengupasan hal yang sama itu, tetapi dari sudut yang agak berbeda apa yang dikemukakan oleh Langeveld. Langeveld secara fenomenologis mencoba menemukan hal-hal apakah yang memungkinkan perkembangan anak itu menjadi orang dewasa, dan dia menemukan hal-hal yang berikut:

  1. Justru karena anak itu adalah makhluk hidup (makhluk biologis) maka dia berkembang.
  2. Bahwa anak itu pada waktu masih sangat muda adalah sangat tidak berdaya, dan adalah suatu keniscayaan bahwa dia perlu berkembang menjadi lebih berdaya.
  3. Bahwa kecuali kebutuhan-kebutuhan biologis anak memerlukan adanya perasaan aman, karena itu perlu adanya pertolongan atau perlindungan dari orang yang mendidik.
  4. Bahwa di dalam perkembangannya anak tidak pasif menerima pengaruh dari luar semata-mata, melainkan ia juga aktif mencari dan menemukan.

Jika hal-hal yang dikemukakan di atas itu dapat disebut sebagai azas, maka ada empat asas dalam perkembangan itu, yaitu:

  • asas biologis,
  • asas ketidak-berdayaan,
  • asas keamanan, dan
  • asas eksplorasi.

Kenyataan yang pertama adalah bahwa anak itu adalah makhluk hidup, maka dia berkembang. Jika sekiranya dia itu bukanlah makhluk hidup, maka perkembangan itu tidak mungkin akan terjadi. Kecuali itu supaya perkembangan anak berlangsung dalam rangka normal, maka keadaan biologisnya juga harus normal. Anak yang keadaan biologisnya cacat akan menunjukan kelainan-kelainan dalam perkembangan mereka. Kecuali diperlukan adanya keadaan biologis yang normal, maka kebutuhan-kebutuhan biologis juga harus dipenuhi secara normal. Terutama pada anak-anak yang masih muda dipenuhinya secara normal kebutuhan-kebutuhan biologis itu merupakan hal yang mutlak; anak yang kekurangan makanan misalnya akan penyakitan, dan hal ini akan mengakibatkan lebih lamabat perkembangannya.
Kenyataan yang kedua ialah bahwa pada waktu dilahirkan anak manusia itu adalah jauh sangat tidak berdaya jika misalnya kita bandingkan dengan anak hewan. Hal yang demikian itu tidaklah merupakan kekurangan manusia terhadap hewan, tetapi justru sebaliknya; justru karena kaadaannyayang demikian itulah, justru karena ketidak berdayaannya itulah maka anak manusia mempunyai kemungkinan perkembngan yang sangat luas. Kalau hewan hidup dengan menggunakan instink-instinknya karena hal yang demikian itu secara hakikat diperlukan untuk menjamin kebaradaan di dunia ini, maka peranan instink dalam kehidupan manusia tidak sepenting itu. Kalau hewan hidup pada dunia yang tertutup, maka manusia hidup di dunia yang terbuka.

Kenyataan yang ke tiga adalah bahwa karena tidak berdayanya itu manusia yang sangat muda itu sangat membutuhkan pertolongan. Pemenuhan kebutuhan biologis saja belumlah akan mencukupi bagi anak manusia. Anak yang telah terpenuhi kebutuhan-kebutuhan biologisnya masih membutuhkan yang lain, yaitu rasa terlindungi, rasa aman, yang diterimanya dari pendidik. Inti daripada perlindungan ini ialah kasih sayang orang tua. Kurangnya kasih sayang ini dapat mengganggu perkembangan perasaan. Itulah sebabnya anak-anak sukar (problem child) banyak berasal dari keluarga yang retak (broken home), misalnya karena perceraian orang tua, adanya orang tua tiri, diasuh oleh orang pengganti, dan sebagainya. Dalam rumah tangga yang demikian itu rasa aman yang sangat dibutuhkan oleh anak itu tidak ada atau kurang sekali.

Dalam pada itu perlu diingat, bahwa pemberian perlindungan atau rasa kasih sayang itu juga tidak boleh secara berlebih-lebihan, justru demi kepentingan dan kesejahteraan sang anak; sebab perlindungan yang diberikan secara berlebih-lebihan akan berakibat si anak didik selalu menggantungkan diri kepada pendidik dan tidak berani berdiri di atas kedua kaki sendiri.Selanjutnya mengenal asas eksplorasi dapat dikemukakan hal yang berikut. Secara fenominologis perkembangan itu dapat digambarkan sebagai eksplorasi atau penjelajahan anak di dalam dunianya. Eksplorasi ini dilakukan oleh si anak dengan berbagai cara: mula-mula sekali terutama dengan fungsi-fungsi jasmaniah (mulut, tangan, kaki, dan sebagainya). Kemudian setelah anak bertambah umurnya maka eksplorasi itu terutama dilaksanakannya dengan fungsi-fungsi panca-indera, dan kemudian dengan fungsi-fungsi kejiwaaan (angan-angan, fantasi, pikiran, dan sebagainya). Di dalam eksplorasi ini anak menemukan berbagai hal, seperti:

  • sifat-sifat benda,
  • sifat-sifat manusia lain,
  • sifat-sifatnya sendiri,
  • bahasa,
  • dan sebagainya

justru di dalam eksplorasi itulah anak berkembang. Karena itu eksplorasi adalah halyang "niscaya", hal yang harus dilakukan oleh anak sesuai dengan hakikatnya sebagai pribadi yang sedang berkembang kea rah kedewasaan. Karena itu rintangan terhadap eksplorasi ini berarti bertentangan dengan kepentingan si anak. Eksplorasi akan berlangsung dengan baik kalau kebutuhan-kebutuhan biologis dan kebutuhan akan rasa aman itu terpenuhi dengan baik, serta mendapat kesempatan.

Adalah kewajiban para pendidik (terutama orang tua) untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan eksplorasi.

IV PENUTUP

KESIMPULAN

Pembawaan adalah suatu konsep yang dipercayai/dikemukakan oleh orang-orang yang mempercayai adanya potensi dasar manusia yang akan berkembang sendiri atau berkembang dengan berinteraksi dengan lingkungan.§

Lingkungan adalah segala sesuatu yang mempengaruhi perkembangan diri manusia, yakni orang-orang lain (individu atau masyarakat), binatang, alam, kebudayaan, agama, adat- istiadat, iklim, dsb.§

Pembawaan dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses belajar seseorang dikarenakan dalam proses belajar dipengaruhi lingkungan tempat mereka tinggal dan juga potensi dasar yang dimiliki individu tersebut. Hal itu akan terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu.§


 

DAFTAR PUSTAKA

  • Ahmadi, H. Abu, 1991. "Psikologi Umum". Rineka Cipta : Semarang
  • Syah Muhibbin, 1995. "Psikologi Pendidikan". PT. Remaja Rosdakarya : Bandung
  • Effendi Usman, Dkk, 1984. "Pengantar Psikologi". Angkasa : Bandung
  • Soemanto Wasty, 1990. "Psikologi Pendidikan". Rineka Cipta : Jakarta
  • PurwYunus Mahmud, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 2006.
  • Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003.
  • anto mangalin, 1955. " Psikologi Pendidikan". Bumi Angkasa : Jakarta
  • http://zaldym.wordpress.com/2010/04/19/pengaruh-kesulitan-belajar-siswa-sebuah-studi-kepustakaan/
  • http://udhiexz.wordpress.com/2008/04/12/pembawaan-keturunan-dan-lingkungan
  • http://edukasi.kompasiana.com/2010/10/26/hereditas-dan-lingkungan-dalam-perkembangan-anak/
  • http://assyiddatiy.wordpress.com/2010/12/03/hereditas-dan-lingkungan-dalam-proses-belajar/

http://goneman.wordpress.com/2011/03/21/24/

Blog, Updated at: December 14, 2012

0 comments:

Artikel Pilihan

Social Media

Search This Blog

Kisah Nabi Shaleh AS dan MUKJIZATNYA UNTA BETINA

Nabi Saleh As adalah nabi dan rasul kelima yang patut diimani. Nabi Saleh berdakwah di Al-Hijr yang saat ini dikenal sebagai Madain Shalih,...